Akutansi Untuk Aset Tak Berwujud
Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud adalah hak– hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan aset jangka panjang yang tidak memiliki subtansi fisik (tidak berwujud). Dalam pencarian kami di (http://id.wikipedia.org/wiki/Aset_takberwujud), Aset takberwujud (intangible asset) adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. Yaitu hak-hak istimewa, atau posisi yang menguntungkan guna menghasilkan pendapatan. Jenis utama aset tidak berwujud adalah hak cipta, hak eksplorasi dan eksploatasi, paten, merek dagang, rahasia dagang, dan goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun.
Aset tak berwujud bisa timbul dari sumber – sumber berikut :
1. Diberi oleh pemerintah, seperti misalnya hak paten, hak cipta, dan merek dagang.
2. Akuisi perusahaan lain yang dalam harga belinya mencakup suatu pembayaran untuk keunggulan perusahaan yang diakuisi (disebut goodwill)
3. Hak memonopoli yang timbul dari perjanjian kontrak, seperti misalnya franchises dan sewa guna.
Dalam http://akuntansi.unnes.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/Aset-tidak-berwujud.pptx dijelaskan bahwa :
Aset tidak berwujud di akui jika :
a. Kemungkinan besar perusahaan memperoleh manfaat ekonomi semasa depan dari aset tersebut.
b. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
Di akui awalnya sebesar biaya perolehan
a. Harga beli dan semua pengeluaran yang dapat dikaitkan langsung dalam mempersiapkan aset sehingga siap digunakan
b. Jika dengan kredit nilai tunainya
c. Pertukaran saham nilai wajar saham
d. Pertukaran aktiva tidak sejenis nilai wajar aktiva yang diterima
e. Pertukuran aktiva sejenis proses perolehan pendapatan belum selesai maka tidak diakui keuntungan dan kerugian nilai buku aktiva yang diserahkan. Jika nilai buku lebih tinggi dari nilai wajar yang diserahkan maka ada kerugian yang diakui atau aktiva baru dicatat setelah memperhitungkan penurunan nilai.
Akutansi Untuk Aset Tak Berwujud
Perusahaan harus mencatat aset tak berwujud sebesar biaya perolehannya. Aset tak berwujud dapat dikelompokan menjadi aset tak berwujud dengan umur terbatas dan tidak terbatas. Apabila aset tak berwujud memiliki umur terbatas, maka perusahaan harus mengalokasikan biaya perolehan aset tak berwujud ke periode – periode selama umur aset tersebut dengan proses yang sama seperti halnya depresiasi. Proses untuk mengalokasikan biaya perolehan aset tak berwujud disebut amortisasi. Biaya perolehan aset tak berwujud yang memiliki umur tak terbatas tidak perlu diamortisasi. Dalam http://akuntansi.unnes.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/Aset-tidak-berwujud.pptx dijelaskan bahwa amortisasi adalah :
• Aset tidak berwujud dinilai sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilainya.
• Jumlah yang dapat diamortisasi dari aset tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya.
• Pada umumnya masa manfaat suatu aset tidak berwujud tidak boleh melebihi 20 tahun sejak tanggal aset siap digunakan
• Jika pola konsumsi tidak dapat ditentukan dengan handal maka harus digunakan metode garis lurus.
• Biaya amortisasi diakui sebagai beban kecuali PSAK lainnya mengizinkan atau mengharuskan untuk dimasukkan kedalam nilai tercatat aset lain.
Sebagai contoh, PT Krisna Farma memperoleh hak paten untuk suatu prodak dengan biaya perolehan Rp.60.000.000,- hak paten tersebut berlaku untuk 8 tahun. Dengan demikian amortisasi hak paten pertahun adalah Rp.7.500.000,- (Rp.60.000.000,- : 8). PT. Krisna Farma mencatat amortisasi hak paten dengan jurnal sebagai berikut :
Des 31
Beban amortisasi – Hak paten ...............
Rp.7.500.000,-
Hak Paten...............................................
Rp.7.500.000,-
(untuk mencatan amortisasi hak paten)
Perusahaan menggolongkan beban amortisasi dalam laporan laba rugi sebagai beban operasi. Seperti halnya untuk aset tetap, IFRS mengijinkan perusahaan untuk melakukan revaluasi atas aset tak berwujud, kecuali untuk goodwill.
Jenis – Jenis Aset Tak Berwujud
Hak Paten
Hak Paten adalah hak khusus yang diberikan oleh pemerintah kepada penerimanya untuk menghasilkan, menjual, atau melakukan pengendalian lain atas suatu penemuan dalam jangka waktu tertentu sejak hak tersebut diberikan. Masa berlaku hak paten berbeda – beda antara negara yang satu dengan negara lainya, tetapi di banyak negara hak ini diberikan untuk jangka waktu 20 tahun. Hak paten tidak bisa diperbaharui.
Tetapi perusahaan bisa memperpanjang masa berlaku hak paten dengan cara mendapat hak paten baru untuk perbaikan atau perubahan dalam rancangan dasarnya. Biaya perolehan awal suatu hak paten adalah harga tunai atau ekivalen harga tunai yang dibayarkan untuk mendapatkan suatu hak paten.
Hak Cipta
Hak Cipta adalah dalam hal ini pemerintahlah sebagai pemberi hak cipta yang memberikan hak eksklusif kepada pemegangnya untuk memproduksi dan menjual barang – barang hasil karya artistik dan penerbitan. Hak cipta diberikan untuk masa tertentu yang berada di negara yang satu dengan negara yang lainya, namun umumnya berkisar antara 70 tahun. Biaya hak cipta adalah biaya untuk mendapatkan dan mempertahankannya. Masa manfaat hak cipta biasanya jauh lebih pendek dari masa berlaku yang diberikan pemerintah. Oleh karena itu, hak cipta biasanya diamortisasi dalam jangka waktu yang pendek.
Hak Merek Dan Nama Dagang
Merek atau nama dagang adalah kata, sebutan, atau symbol yang mengidentifikasikan sebuah perusahaan atau produk tertentu. Nama dagang seperti Pepsoden, Lux, Coca – Cola, Pepsi Cola, Accord, atau Windows dengan cepat menunjukan identifikasi produk.
Franchises Dan Lisensi
Franchise adalah suatu perjanjian kontrak antara pemberi franchise (franchisor) dengan penerima franchise (franchisee), pemberi franchise memberi hak kepada penerima franchise untuk menjual produk tertentu, menggunakan jasa tertentu, menggunakan merek atau nama dagang tertentu, biasanya untuk wilayah yang ditetapkan.
Jenis lain dari franchise melibatkan pemerintah (pemerintah daerah) dengan perusahaan. Franchise semacam ini memberi ijin kepada perusahaan untuk menggunakan fasilitas pulik dalam menjalankan usahanya. Sebagai contoh, misalnya penggunaan jalan raya di kota untuk pembuatan jaringan listrik atau telepon, atau penggunaan gelombang udara untuk radio atau stasion TV. Hak pengoprasian semacam itu disebut lisensi.
Goodwill
Goodwill adalah Aset tak berwujud yang tercantum dalam neraca sebuah perusahaan. Goodwill mencerminkan nilai semua keunggulan atribut yang berkaitan dengan suatu perusahaan. Atribut tersebut misalnya berupa manajemen yang istimewa, lokasi yang strategis, relasi dengan pelanggan yang bagus, karyawan yang terlatih dan terampil, produk berkualitas tinggi, dan hubungan yang harmonis dengan serikat pekerja. Goodwill bersifat unik : berbeda dengan aset seperti investasi dan aset tetap yang bisa dijual secara individual di pasar, goodwill hanya diidentifikasikan dengan perusahaan sebagai keseluruhan.
Research Dan Pengembangan
Biaya Research dan pengembangan adalah pengeluaran – pengeluaran yang pada akhirnya bisa menghasilkan hak paten, hak cipta, proses produksi baru, dan produk baru.
Sebagai contoh untuk gambaran tentang biaya research dan pengembangan, Misalkan PT. Cipta Sarana mengeluarkan Rp.1.000.000.000,- untuk resarch dan Rp.2.000.000.000,- untuk pengembangan produk baru. Dari Rp.2.000.000.000,- biaya pengembangan, Rp.500.000.000,- dikeluarkan sebelum technological fasibility, dan Rp.1.500.000.000,- dikeluarkan sesudah technological feasibility nampak. Perusahaan akan mencatat pengeluaran – pengeluaran di atas sebagai berikut :
Beban Research....................................................
Rp.1.000.000.000,-
Beban Pengembangan..........................................
Rp. 500.000.000,-
Biaya Pengembangan...........................................
Rp.1.500.000.000,-
Kas..................................................................
Rp.3.000.000.000,-
(untuk mencatat pengeluaran research dan pengembangan)
PELAPORAN DALAM LAPORAN KEUANGAN
Pada umumnya perusahaan menggabungkan aset – aset tetap dengan sumber – sumber alam dalam satu kelompok di neraca (laporan posisi keuangan), sedangkan aset tidak ber wujud dilaporkan secara terpisah dalam kelompok tersendiri. Kelompok akun utama seperti
tanah, bangunan, dan peralatan. Serta akumulasi depresiasi, diungkapkan baik di neraca maupun dalam catatan atas laporan keuangan.
Pengungkapan meliputi juga metoda depresiasi dan amortisasi yang digunakan perusahaan. Berikut ini adalah contoh penyajian aset tetap dalam neraca PT. Sejahtera per 31 Desember 2012.
PT. SEJAHTERA
Neraca (sebagian)
31 Desember 2012
Aset Tetap Berwujud
Tanah
Rp. 849.000.000,-
Bangunan
Rp. 6.380.000.000,-
Mesin dan peralatan
Rp. 27.492.000.000,-
Rp. 34.721.000.000,-
Akumulasi Depresiasi
(Rp. 15.181.000.000,- )
Aset Tetap Berwujud - Neto
Rp. 19.540.000.000,-
Aset Tak Berwujud
Goodwill
Rp. 4.000.000.000,-
Hak Merek dan aset tak berwujud lainya (Neto)
Rp. 3.362.000.000,-
Aset Tak Berwujud - Neto
Rp. 7.362.000.000,-
Daftar Pustaka
Haryono Jusup, Al.2011.Dasar – dasar Akuntansi jilid 2,STIE – Yogyakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Aset_takberwujud
http://akuntansi.unnes.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/Aset-tidak-berwujud.pptx
Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud adalah hak– hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan aset jangka panjang yang tidak memiliki subtansi fisik (tidak berwujud). Dalam pencarian kami di (http://id.wikipedia.org/wiki/Aset_takberwujud), Aset takberwujud (intangible asset) adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. Yaitu hak-hak istimewa, atau posisi yang menguntungkan guna menghasilkan pendapatan. Jenis utama aset tidak berwujud adalah hak cipta, hak eksplorasi dan eksploatasi, paten, merek dagang, rahasia dagang, dan goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun.
Aset tak berwujud bisa timbul dari sumber – sumber berikut :
1. Diberi oleh pemerintah, seperti misalnya hak paten, hak cipta, dan merek dagang.
2. Akuisi perusahaan lain yang dalam harga belinya mencakup suatu pembayaran untuk keunggulan perusahaan yang diakuisi (disebut goodwill)
3. Hak memonopoli yang timbul dari perjanjian kontrak, seperti misalnya franchises dan sewa guna.
Dalam http://akuntansi.unnes.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/Aset-tidak-berwujud.pptx dijelaskan bahwa :
Aset tidak berwujud di akui jika :
a. Kemungkinan besar perusahaan memperoleh manfaat ekonomi semasa depan dari aset tersebut.
b. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
Di akui awalnya sebesar biaya perolehan
a. Harga beli dan semua pengeluaran yang dapat dikaitkan langsung dalam mempersiapkan aset sehingga siap digunakan
b. Jika dengan kredit nilai tunainya
c. Pertukaran saham nilai wajar saham
d. Pertukaran aktiva tidak sejenis nilai wajar aktiva yang diterima
e. Pertukuran aktiva sejenis proses perolehan pendapatan belum selesai maka tidak diakui keuntungan dan kerugian nilai buku aktiva yang diserahkan. Jika nilai buku lebih tinggi dari nilai wajar yang diserahkan maka ada kerugian yang diakui atau aktiva baru dicatat setelah memperhitungkan penurunan nilai.
Akutansi Untuk Aset Tak Berwujud
Perusahaan harus mencatat aset tak berwujud sebesar biaya perolehannya. Aset tak berwujud dapat dikelompokan menjadi aset tak berwujud dengan umur terbatas dan tidak terbatas. Apabila aset tak berwujud memiliki umur terbatas, maka perusahaan harus mengalokasikan biaya perolehan aset tak berwujud ke periode – periode selama umur aset tersebut dengan proses yang sama seperti halnya depresiasi. Proses untuk mengalokasikan biaya perolehan aset tak berwujud disebut amortisasi. Biaya perolehan aset tak berwujud yang memiliki umur tak terbatas tidak perlu diamortisasi. Dalam http://akuntansi.unnes.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/Aset-tidak-berwujud.pptx dijelaskan bahwa amortisasi adalah :
• Aset tidak berwujud dinilai sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilainya.
• Jumlah yang dapat diamortisasi dari aset tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya.
• Pada umumnya masa manfaat suatu aset tidak berwujud tidak boleh melebihi 20 tahun sejak tanggal aset siap digunakan
• Jika pola konsumsi tidak dapat ditentukan dengan handal maka harus digunakan metode garis lurus.
• Biaya amortisasi diakui sebagai beban kecuali PSAK lainnya mengizinkan atau mengharuskan untuk dimasukkan kedalam nilai tercatat aset lain.
Sebagai contoh, PT Krisna Farma memperoleh hak paten untuk suatu prodak dengan biaya perolehan Rp.60.000.000,- hak paten tersebut berlaku untuk 8 tahun. Dengan demikian amortisasi hak paten pertahun adalah Rp.7.500.000,- (Rp.60.000.000,- : 8). PT. Krisna Farma mencatat amortisasi hak paten dengan jurnal sebagai berikut :
Des 31
Beban amortisasi – Hak paten ...............
Rp.7.500.000,-
Hak Paten...............................................
Rp.7.500.000,-
(untuk mencatan amortisasi hak paten)
Perusahaan menggolongkan beban amortisasi dalam laporan laba rugi sebagai beban operasi. Seperti halnya untuk aset tetap, IFRS mengijinkan perusahaan untuk melakukan revaluasi atas aset tak berwujud, kecuali untuk goodwill.
Jenis – Jenis Aset Tak Berwujud
Hak Paten
Hak Paten adalah hak khusus yang diberikan oleh pemerintah kepada penerimanya untuk menghasilkan, menjual, atau melakukan pengendalian lain atas suatu penemuan dalam jangka waktu tertentu sejak hak tersebut diberikan. Masa berlaku hak paten berbeda – beda antara negara yang satu dengan negara lainya, tetapi di banyak negara hak ini diberikan untuk jangka waktu 20 tahun. Hak paten tidak bisa diperbaharui.
Tetapi perusahaan bisa memperpanjang masa berlaku hak paten dengan cara mendapat hak paten baru untuk perbaikan atau perubahan dalam rancangan dasarnya. Biaya perolehan awal suatu hak paten adalah harga tunai atau ekivalen harga tunai yang dibayarkan untuk mendapatkan suatu hak paten.
Hak Cipta
Hak Cipta adalah dalam hal ini pemerintahlah sebagai pemberi hak cipta yang memberikan hak eksklusif kepada pemegangnya untuk memproduksi dan menjual barang – barang hasil karya artistik dan penerbitan. Hak cipta diberikan untuk masa tertentu yang berada di negara yang satu dengan negara yang lainya, namun umumnya berkisar antara 70 tahun. Biaya hak cipta adalah biaya untuk mendapatkan dan mempertahankannya. Masa manfaat hak cipta biasanya jauh lebih pendek dari masa berlaku yang diberikan pemerintah. Oleh karena itu, hak cipta biasanya diamortisasi dalam jangka waktu yang pendek.
Hak Merek Dan Nama Dagang
Merek atau nama dagang adalah kata, sebutan, atau symbol yang mengidentifikasikan sebuah perusahaan atau produk tertentu. Nama dagang seperti Pepsoden, Lux, Coca – Cola, Pepsi Cola, Accord, atau Windows dengan cepat menunjukan identifikasi produk.
Franchises Dan Lisensi
Franchise adalah suatu perjanjian kontrak antara pemberi franchise (franchisor) dengan penerima franchise (franchisee), pemberi franchise memberi hak kepada penerima franchise untuk menjual produk tertentu, menggunakan jasa tertentu, menggunakan merek atau nama dagang tertentu, biasanya untuk wilayah yang ditetapkan.
Jenis lain dari franchise melibatkan pemerintah (pemerintah daerah) dengan perusahaan. Franchise semacam ini memberi ijin kepada perusahaan untuk menggunakan fasilitas pulik dalam menjalankan usahanya. Sebagai contoh, misalnya penggunaan jalan raya di kota untuk pembuatan jaringan listrik atau telepon, atau penggunaan gelombang udara untuk radio atau stasion TV. Hak pengoprasian semacam itu disebut lisensi.
Goodwill
Goodwill adalah Aset tak berwujud yang tercantum dalam neraca sebuah perusahaan. Goodwill mencerminkan nilai semua keunggulan atribut yang berkaitan dengan suatu perusahaan. Atribut tersebut misalnya berupa manajemen yang istimewa, lokasi yang strategis, relasi dengan pelanggan yang bagus, karyawan yang terlatih dan terampil, produk berkualitas tinggi, dan hubungan yang harmonis dengan serikat pekerja. Goodwill bersifat unik : berbeda dengan aset seperti investasi dan aset tetap yang bisa dijual secara individual di pasar, goodwill hanya diidentifikasikan dengan perusahaan sebagai keseluruhan.
Research Dan Pengembangan
Biaya Research dan pengembangan adalah pengeluaran – pengeluaran yang pada akhirnya bisa menghasilkan hak paten, hak cipta, proses produksi baru, dan produk baru.
Sebagai contoh untuk gambaran tentang biaya research dan pengembangan, Misalkan PT. Cipta Sarana mengeluarkan Rp.1.000.000.000,- untuk resarch dan Rp.2.000.000.000,- untuk pengembangan produk baru. Dari Rp.2.000.000.000,- biaya pengembangan, Rp.500.000.000,- dikeluarkan sebelum technological fasibility, dan Rp.1.500.000.000,- dikeluarkan sesudah technological feasibility nampak. Perusahaan akan mencatat pengeluaran – pengeluaran di atas sebagai berikut :
Beban Research....................................................
Rp.1.000.000.000,-
Beban Pengembangan..........................................
Rp. 500.000.000,-
Biaya Pengembangan...........................................
Rp.1.500.000.000,-
Kas..................................................................
Rp.3.000.000.000,-
(untuk mencatat pengeluaran research dan pengembangan)
PELAPORAN DALAM LAPORAN KEUANGAN
Pada umumnya perusahaan menggabungkan aset – aset tetap dengan sumber – sumber alam dalam satu kelompok di neraca (laporan posisi keuangan), sedangkan aset tidak ber wujud dilaporkan secara terpisah dalam kelompok tersendiri. Kelompok akun utama seperti
tanah, bangunan, dan peralatan. Serta akumulasi depresiasi, diungkapkan baik di neraca maupun dalam catatan atas laporan keuangan.
Pengungkapan meliputi juga metoda depresiasi dan amortisasi yang digunakan perusahaan. Berikut ini adalah contoh penyajian aset tetap dalam neraca PT. Sejahtera per 31 Desember 2012.
PT. SEJAHTERA
Neraca (sebagian)
31 Desember 2012
Aset Tetap Berwujud
Tanah
Rp. 849.000.000,-
Bangunan
Rp. 6.380.000.000,-
Mesin dan peralatan
Rp. 27.492.000.000,-
Rp. 34.721.000.000,-
Akumulasi Depresiasi
(Rp. 15.181.000.000,- )
Aset Tetap Berwujud - Neto
Rp. 19.540.000.000,-
Aset Tak Berwujud
Goodwill
Rp. 4.000.000.000,-
Hak Merek dan aset tak berwujud lainya (Neto)
Rp. 3.362.000.000,-
Aset Tak Berwujud - Neto
Rp. 7.362.000.000,-
Daftar Pustaka
Haryono Jusup, Al.2011.Dasar – dasar Akuntansi jilid 2,STIE – Yogyakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Aset_takberwujud
http://akuntansi.unnes.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/Aset-tidak-berwujud.pptx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar